--> Sulteng Jadi Tempat Puncak Peringatan HAI 2016 | RivaDaily

Thursday, 20 October 2016

Sulteng Jadi Tempat Puncak Peringatan HAI 2016

| Thursday, 20 October 2016
Palu, – Kegiatan Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) tingkat Nasional Tahun 2016, yang diselengarakan di halaman Kantor Gubernur Sulteng, diresmikan langsung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhadjir Effendy yang diwakili Dirjen Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud, Harris Iskandar, Kamis (20/10/2016).

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola yang diwakili Asisten II Dr Elim Somba menyampaikan, Provinsi Sulawesi Tengah sebagai tuan rumah dalam kegiatan HAI 2016, Sulteng patut bangga dengan capaian pembangunan pendidikan khusus angka melek aksara, antara usia 15 - 59 tahun, dari ketahun – ketahun mengalami peningkatan signifikan.

Elim mengungkapkan capaian melek aksara Sulteng, tahun 2013 sebesar 96,48 persen, pada tahun 2014 sebesar 96,76 persen dan tahun 2015 angka melek aksara mencapai 96,85 persen, atau tersisa sebanyak 3,11 persen dan angka ini berada di atas rata –rata nasional yakni 3,48 persen.

“Untuk itu saya selaku pemerintah provinsi Sulteng, memberi apresiasi dan penghargaan, setinggi – tingginya kepada berbagai pihak, yang telah berperan serta dalam mengentaskan masyarakat dari tuna aksara seperti para Bupati dan Walikota, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Satuan Kerja Perangkat Daerah, organisasi para penilik forum PKBM, forum TBM, pegiat literasi teristimewa kepada tutor keaksaraan fungsional dasar dan keaksaraan pusat mandiri,” ungkapnya.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Kemdikbud) Harris Iskandar dalam sambutanya mengatakan, perayaan HAI 2016 ini dilandasi semangat untuk memberantas tuna aksara di seluruh dunia.

“Oleh karena itu, HAI diperingati oleh setiap negara, untuk mengingatkan pentingnya, keaksaraan bagi seluruh penduduk dunia, tema yang dipilih di Indonesia adalah  "Literasi dan Vokasi untuk Pembangunan Berkelanjutan," sebut Harris Iskandar.

Pesan utama dari tema ini adalah untuk menunjukkan keaksaraan bukan hanya prioritas pendidikan, tetapi juga merupakan infestasi yang sangat penting bagi massa depan bangsa Indonesia dan semua pembangunan pendidikan yang berkelanjutan.

Harris menambahkan, Kemendikbud secara konsisten juga terus meningkatkan keaksaraan penduduk dewasa melalui kegiatan – kegiatan inovatif, dan pencapaian 10 tahun terakhir ini telah menunjukan hasil yang signifikan.

“Jika tahun 2015, presentase penduduk tuna aksara di Indonesia mencapai 9,55 persen atau sekitar, 14 Juta orang, saat ini angka tersebut menurun menjadi 3,43 persen atau sekitar 5,6 juta orang, sampai saat ini tercatat sebanyak 11 provinsi, yang presentase tuna aksaranya diatas rata- rata nasional 3,43 persen dan 25 kabupaten memiliki penduduk tuna aksara, di atas 50 ribu orang,” paparnya.

Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus, oleh program pendidikan keaksaraan, dan kita perlu menindaklanjuti dengan berbagai program untuk menghindari kemungkinan warga yang,sudah melek akasara menjadi tuna akasara kembali, diantaranya terus mengembangkan melalui gerakan Indonesia membaca yang di dukung dengan program Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3L).

Penyelengaraan (HAI) ini, dipusatkan di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, yang telah diawali dengan pameran produk ungulan PKBM dan satuan pendidikan non formal lainya, dari berbagai provinsi seluruh indonesia dan seluruh kabupaten/kota di wilayah Sulteng, kemudian juga kegiatan festival literasi, dan berbagai kegiatan lain yang menunjukan apresiasi dan kreatifitas warga belajar pendidikan non formal yang telah dibuka Gubernur Sulteng  kemarin 18 Oktober 2016.

“Dalam membangun pendidikan keaksaraan, Kemdikbud memberikan  berbagai penghargaan kepada para  tokoh yang peduli terhadap upaya penuntasan tuna aksara di indonesia dan memberikan kepada santuan pendidikan non formal yang berprestasi dan melunjurkan sebuah program aplikasi pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C dalam jaringan, (paket C online) untuk memudahkan warga masyarakat mengikuti paket C warga dimana saja kapan saja, melalui handpone masing – masing dan juga menikmati layanan paket C,” terang dia

Gunawan mewakili Unesco mengatakan tema yang selaras juga diangkat oleh Unesco tahun 2016 ini yaitu “Reading the past writing the future” atau “Membaca Masa Lalu, Menulis Masa Depan”  tema ini menjadi isu global karena tahun 2016, merupakan akhir dari dekade Unesco “Pendidikan untuk membangun berkelanjutan” (Unesco Decade of Education for sustainable development).

“Pesan utama tema tersebut, adalah untuk menunjukan bahwa keaksaraan bukan hanya sekerdar prioritas pendidikan, tetapi merupakan investasi yang sangat penting bagi masa depan, bangsa dan negara yang bermartabat,”ujarnya

Gunawan menambahkan Unesco meningkatkan kembali konsensus negara – negara, yang tergabung dalam Unesco, agar melakukan aksi nyata dalam memerangi kebodohan dan keterbelakangan dan kemiskinan melalui penuntasan tuna aksara dan pemberdayaan masyarakat untuk memajukan peradaban dunia.

“Ini sebagai momentum, kebangkitan negara – negara berpenduduk tuna aksara, agar berupaya untuk menuntaskan tuna aksara, dalam ranggka pemberdayaan masyarakat,” tutupnya.

Naskah dan foto : metro sulawesi



Related Posts

No comments:

Post a Comment