Donggala, -- Tiga desa di Wilayah Kec. Banawa Selatan butuh perhatian serius dari Pemerintah Daerah. Masing-masing Desa Watatu, Lalombi dan Surumana.
Pasalnya, daya dukung infrastruktur seperti irigasi dan jalan kantong produksi masih cukup memprihatinkan di ketiga desa itu.
Berdasarkan keterangan dari Petugas Penjaga Pintu Air (P3A), dari 1.000 hektar lebih lahan sawah yang terbentang dalam 12 desa di Kecamatan Banawa Selatan, 600 ha diantaraanya berada di Desa Watatu, Lalombi dan Surumana..
Fakta-fakta tersebut terkuak dalam pertemuan Reses Anggota DPRD Prov. Sulteng, Muh. Masykur yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan Gapoktan Desa Watatu (30/10).
Seluruh anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bina Bersatu, mengeluhkan keberadaan irigasi yang ada saat ini sangat tidak mendukung, terutama irigasi tersier. Ada yang sudah rusak, bahkan sebagian besar irigasi tersiernya belum dibangun. Pun demikian dengan jalan kantong produksi dan jembatan kecil penghubung antar desa.
Darwis, Ketua Gapoktan Bina Bersatu mengemukan permasalahan itu dalam sambutan pembukaannya. Sebelumnya acara Reses ini dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Watatu, As'ad.
Apa yang dikemukan Darwis, diamini oleh seluruh peserta yang mayoritas adalah petani. Termasuk Marten Makan, Ketua Kelompok Tani Pengko Situru Desa Watatu.
Disampaikan oleh Marten bahwa kami masih susah menikmati pengairan di sini. Jika dua bulan saja kalau tidak turun hujan maka 180 ha sawah hasil panen kami akan tidak bagus hasilnya. Apalagi irigasi belum juga dikasih bagus.
"Kami berharap bapak anggota dewan bisa mengusahakan agar pemerintah daerah bisa memperbaiki irigasi kami di desa Watatu," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Masykur menjelaskan bahwa kita berharap, ke depan, soal-soal seperti irigasi ini sudah bisa direspon oleh Pemda. Sebab, jika tidak, maka program ketahanan pangan yang sudah dicanangkan pemerintah, baik pusat maupun daerah sulit dicapai kalau infrastruktur pendukung utamanya tidak diselesaikan terlebih dahulu, ujar Aleg Dapil Dongga-Sigi.
Masykur berharap kepada Pemdes dan Gapoktan untuk memanfaatkan peluang program yang tersedia saat ini. Gunakan jaringan yang selama ini bapak/ibu miliki untuk mendesakkan penyelesaian masalah yang dihadapi ke Pemda. Termasuk keberadaan wakil-wakil rakyat, disemua tingkatan, baik di kabupaten, propinsi maupun di pusat.
Lebih lanjut, Masykur menyampaikan alasan kenapa mesti hal itu didesakkan karena program ketahanan pangan in erat kaitannya dengan kedaulatan rakyat dan negeri ini. Jika di soal pangan saja kita sudah tidak berdaulat maka bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa ini.
Oleh karenanya, benang kusut ini satu-satu kita selesaikan. Di mana, perbaikan irigasi dan jalan kantong produksi termasuk bagian dari benang kusut dalam program ketahanan pangan yang harus dientaskan oleh pemerintah saat ini.
Seperti diketahui Kecamatan Banawa Selatan termasuk salah satu daerah penghasil beras di Kabupaten Donggala. Kurang lebih 1.000 hektar lahan sawah ada di wilayah ini, dengan produksi rata-rata 5 ton/ha. (***)
Pasalnya, daya dukung infrastruktur seperti irigasi dan jalan kantong produksi masih cukup memprihatinkan di ketiga desa itu.
Berdasarkan keterangan dari Petugas Penjaga Pintu Air (P3A), dari 1.000 hektar lebih lahan sawah yang terbentang dalam 12 desa di Kecamatan Banawa Selatan, 600 ha diantaraanya berada di Desa Watatu, Lalombi dan Surumana..
Fakta-fakta tersebut terkuak dalam pertemuan Reses Anggota DPRD Prov. Sulteng, Muh. Masykur yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan Gapoktan Desa Watatu (30/10).
Seluruh anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bina Bersatu, mengeluhkan keberadaan irigasi yang ada saat ini sangat tidak mendukung, terutama irigasi tersier. Ada yang sudah rusak, bahkan sebagian besar irigasi tersiernya belum dibangun. Pun demikian dengan jalan kantong produksi dan jembatan kecil penghubung antar desa.
Darwis, Ketua Gapoktan Bina Bersatu mengemukan permasalahan itu dalam sambutan pembukaannya. Sebelumnya acara Reses ini dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Watatu, As'ad.
Apa yang dikemukan Darwis, diamini oleh seluruh peserta yang mayoritas adalah petani. Termasuk Marten Makan, Ketua Kelompok Tani Pengko Situru Desa Watatu.
Disampaikan oleh Marten bahwa kami masih susah menikmati pengairan di sini. Jika dua bulan saja kalau tidak turun hujan maka 180 ha sawah hasil panen kami akan tidak bagus hasilnya. Apalagi irigasi belum juga dikasih bagus.
"Kami berharap bapak anggota dewan bisa mengusahakan agar pemerintah daerah bisa memperbaiki irigasi kami di desa Watatu," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Masykur menjelaskan bahwa kita berharap, ke depan, soal-soal seperti irigasi ini sudah bisa direspon oleh Pemda. Sebab, jika tidak, maka program ketahanan pangan yang sudah dicanangkan pemerintah, baik pusat maupun daerah sulit dicapai kalau infrastruktur pendukung utamanya tidak diselesaikan terlebih dahulu, ujar Aleg Dapil Dongga-Sigi.
Masykur berharap kepada Pemdes dan Gapoktan untuk memanfaatkan peluang program yang tersedia saat ini. Gunakan jaringan yang selama ini bapak/ibu miliki untuk mendesakkan penyelesaian masalah yang dihadapi ke Pemda. Termasuk keberadaan wakil-wakil rakyat, disemua tingkatan, baik di kabupaten, propinsi maupun di pusat.
Lebih lanjut, Masykur menyampaikan alasan kenapa mesti hal itu didesakkan karena program ketahanan pangan in erat kaitannya dengan kedaulatan rakyat dan negeri ini. Jika di soal pangan saja kita sudah tidak berdaulat maka bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa ini.
Oleh karenanya, benang kusut ini satu-satu kita selesaikan. Di mana, perbaikan irigasi dan jalan kantong produksi termasuk bagian dari benang kusut dalam program ketahanan pangan yang harus dientaskan oleh pemerintah saat ini.
Seperti diketahui Kecamatan Banawa Selatan termasuk salah satu daerah penghasil beras di Kabupaten Donggala. Kurang lebih 1.000 hektar lahan sawah ada di wilayah ini, dengan produksi rata-rata 5 ton/ha. (***)
No comments:
Post a Comment