Jakarta - Pentagon khawatir Cina akan
membatasi ekspor mineral rare earth ke AS sebagai balasan perang dagang, karena
mineral ini adalah bahan baku penting untuk pembuatan senjata dan perlengkapan
militer AS.
Departemen
Pertahanan AS telah memberi pengarahan kepada Kongres tentang laporan untuk
mengurangi ketergantungan Amerika pada mineral rare earth Cina.
Seorang juru
bicara Pentagon mengatakan pada hari Rabu, bahwa Departemen Pertahanan khawatir
Cina akan menghentikan pasokan mineral rare earth sebagai balasan perang
dagang.
Meskipun
Pentagon tidak memberikan perincian laporan itu, dokumen itu mengatakan terikat
pada program federal yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan produksi
domestik, melalui insentif ekonomi yang ditargetkan.
Rare
earth atau biasa disebut "logam tanah jarang" adalah sekelompok
17 elemen kimia yang digunakan dalam berbagai produk konsumen, dari iPhone
hingga motor mobil listrik, serta mesin jet militer, satelit, dan laser.
Ketegangan
yang meningkat antara Amerika Serikat dan Cina telah memicu kekhawatiran bahwa
Beijing dapat menggunakan posisi dominannya sebagai pemasok rare earth dalam
perang dagang.
Antara 2004
dan 2017, Cina menyumbang 80 persen dari impor rare earth AS.
Menurut
laporan Asia Times, Cina memproduksi sekitar 97 persen bijih rare earth, 97
persen oksida rare earth, 89 persen logam leburan rare earth, 75 persen magnet
boron besi neodymium (NdFeB) dan 60 persen magnet samarium kobalt (SmCo).
Amerika
Serikat hampir seluruhnya tidak memiliki kapasitas pengilangan, fabrikasi,
pembuatan logam, peleburan logam dan magnet untuk memproses rare earth dan
hampir sepenuhnya bergantung pada Cina.
Logam
rare earth digunakan dalam aplikasi komersial dan pertahanan. Misalnya,
kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginian masing-masing menggunakan 4.173 kg
logam rare earth, sementara kapal perusak rudal yang dipandu Arleigh Burke
membutuhkan sekitar 2.358 kg logam rare earth, yang mana saat ini ada 66
kapal perusak yang beroperasi dan 14 lainnya sedang dibuat atau sedang dipesan.
Jet tempur
F-35 Joint Strike Fighters masing-masing membutuhkan 417 kg logam
rare earth, 380 telah diproduksi sejauh ini dan total pembelian untuk AS
sendiri adalah 2.663 pesawat dan Jepang akan memesan 105 F-35 tambahan.
"Departemen
Pertahanan terus bekerja sama dengan presiden, Kongres, dan basis industri
untuk mengurangi ketergantungan AS terhadap mineral rare earth Cina,"
Letnan Kolonel Angkatan Udara Mike Andrews, juru bicara Pentagon, seperti
dikutip dari Reuters, 30 Mei 2019.
Dia
mengatakan Departemen Pertahanan baru-baru ini menyelesaikan laporan Defense
Product Act III untuk rare earth dan menjelaskan kepada Kongres tentang
hal itu.
Sementara
Cina sejauh ini tidak secara eksplisit mengatakan akan membatasi penjualan rare
earth ke Amerika Serikat, namun media Cina secara kuat menyiratkan ini akan
terjadi.
Dalam
komentar tajuk utama surat kabar People's Daily yang berjudul "Amerika
Serikat, jangan meremehkan kemampuan Cina untuk menyerang balik”, mencatat
ketergantungan AS pada mineral rare earth Cina.
sumber : tempo
No comments:
Post a Comment