![]() |
Winardi (tengah) |
Warga Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok,
digegerkan dengan adanya undangan halalbihalal Idul Fitri 1440 H bersama
seorang pria di Depok yang mengaku sebagai Imam Mahdi bernama Winardi.
Acara itu dibuka untuk umum oleh sebuah padepokan bernama
Trisula Weda. Padepokan ini didirikan Winardi untuk menyebarkan ajarannya sejak
2013 lalu. Winardi merupakan warga pendatang di Sawangan yang berasal dari
Pacitan, Jawa Timur.
kumparan mendatangi alamat yang tertera di undangan
halalbihalal yang diduga disebarkan oleh Winardi. Di lokasi yang beralamatkan
di Jalan H Sulaiman RT 2 RW 5, Sawangan itu, terdapat sebuah rumah dengan
bangunan berbentuk kotak, bercat hitam, dengan hiasan berwarna emas menyerupai
kakbah. Lokasi tersebut diduga menjadi tempat beribadah kelompok ini.
kumparan pada Kamis (30/5), berkesempatan berbincang dengan
salah satu anggota padepokan, Siswo. Dari penuturannya, kelompok tersebut saat
ini sudah memiliki 80 anggota aktif yang tersebar di beberapa kota di Pulau
Jawa. Tentu, Depok, Jawa Barat, menjadi pusat kelompok ini.
"Kalau kumpul semua sekitar 80 orang. Enggak (hanya di
Depok), ada di Yogya, Kebumen, Klaten, dan Blora, satu lagi di Madiun,"
kata Siswo.
"Trisula Weda itu suatu perkumpulan kita yang secara
kedepannya itu berbenah diri. Berbenah diri. Kalau bahasa Al-Quran itu
muhasabah, mawas diri," ungkapnya.
Mawas diri yang dimaksud Siswo, adalah upaya berbenah diri
menjadi lebih baik. Apabila sudah menjadi lebih baik, ajaran ini dipercaya
dapat membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya.
Siswo menyebut ajarannya sama saja dengan Islam. Ia pun
tetap menjalankan rukun iman dan Islam. Namun, di padepokannya ini, tak hanya
diisi oleh orang beragama Islam saja, agama lain pun dipersilakan bergabung.
Namun sayang, Siswo tak menjelaskan mengenai ajaran dari kelompok ini.
"Trisula Weda itu merangkul semua ajaran, di Trisula
Weda ada merangkul semua, Hindu, Kristen, orang dari Bali juga ada juga, terus
Pasundan, Sunda Wiwitan, Jawa Kejawen, komplit. Itu enggak ada istilahnya
beda," imbuhnya.
Kelompok ini percaya, apa yang diajarkan oleh Winardi --yang
mereka anggap sebagai Imam Mahdi-- adalah benar. Winardi sendiri memiliki
banyak sebutan, mulai dari Satria Piningit Hamong Tuwuh, Ratu Adil, Sang
Pembaharu, Sang Juru Selamat, Avatar XII, Khalqi, Budak Angon, dan lainnya.
Selain itu, Siswo --yang sempat empat tahun menuntut ilmu di
pesantren-- percaya bahwa Imam Mahdi benar akan muncul di Indonesia. Ia pun
percaya bahwa Imam Mahdi, akan muncul di tahun ini, 2019. Hal itu berdasarkan
beberapa perhitungan rumit dari sejumlah kepercayaan.
"Iya soalnya dari hitungan yang ada dari hitungan Jowo
Suroboyo, dari hitungan Kejawen, dari Pasundan, dari Islam sendiri, adanya di
tahun ini. Adanya di tahun ini dengan posisi bergejolaknya alam, enggak karuan,
manusia bingung enggak ada pegangan," ucapnya.
Sosok Imam Mahdi itu pun dilihat Siswo dan anggota lainnya
ada pada diri Winardi. Hal itu didasari dari tindakan, ilmu pengetahuan, hingga
perilaku yang mereka anggap identik dengan ciri-ciri Imam Mahdi.
"Sebenarnya enggak ada yang membedakan, yang akan turun
nanti itu Mahdi, Imam Mahdi. Sosoknya itu secara keilmuan itu sosoknya,
akhlaknya, cara solatnya, ibadah sunahnya semuanya itu beliau sendiri. Itu
enggak jauh beda," ucapnya.
'Mukjizat' Winardi
Tentu, sebagai Imam Mahdi, Winardi dianggap memiliki
mukjizat. Siswo menuturkan salah satu mukjizat pria yang sehari-hari bekerja
sebagai satpam di Pancoran itu. Menurutnya, sempat ada salah satu anggota
padepokan yang memiliki anak dengan penyakit mata. Dengan kemampuannya, Winardi
akhirnya berhasil menyembuhkan penyakit itu.
"Mungkin satu aja ya dari saudara kita pernah sakit
mata, tapi dia harus sekolah diharapkan orang tuanya itu enggak pakai kacamata
lah, nah itu minta tolong ke beliau, "anak saya supaya jangan punya ciri
pake kacamata lah"," kata Siswo.
"Karena dari saudara kita itu serius meminta,
dikabulkan. Sembuh. Kacamatanya dibalikin. Itu dibilang ya bukan mujizat ya,
itu sekedar karena beliau bisa dan ada yang membisakan. Beliau manusia biasa,
kalau kena pisau ya berdarah, digigit semut ya sakit, di situ rasul juga kan
manusia biasa," sambungnya.
Masalah ini akhirnya ditangani oleh MUI bersama aparat
setempat.
sumber naskah dan foto : kumparan
No comments:
Post a Comment