Buruk sangka adalah arti lain dari suudzon. Namanya saja buruk, pasti tidak baik. Buruk sangka mendahului kejadian. Padahal apa yang disangkakan bisa jadi jauh, dan berjarak dari kenyataan. Buruk sangka menihilkan ketetapanNya.
Dampak buruk sangka sangatlah merusak. Ia menyasar kebaikan yang tersisa. Ia menihilkan kebaikan dalam bentuk maupun potensi. Semua dirobohkan. Tanpa sisa.
Perjalanan iblis sehingga menjadi terkutuk salah satu dikarenakan oleh buruk sangka. Karena berburuk sangka kepada Allah atas tujuan penciptaan manusia, maka kutukan jadi pakaian iblis. Iblis tidak sempat menyisakan sedikitpun harapan terhadap penciptaan manusia. Iblis mengira, semua manusia (nanti) adalah perusak. Iblis tidak sadar jika di antara umat manusia ini akan lahir manusia terbaik ; Nabi Muhammad SAW dan ulama penerusnya. Sayangnya, berburuk sangka telah dipilih iblis sebagai sikap. Ia pun jatuh.
Bumi lalu menjadi kerontang karena buruk sangka. Kebaikan yang mulai menipis semakin dikikis oleh buruk sangka. Banyak terjadi perpecahan, perang, pertikaian hingga pertumpahan darah karena buruk sangka.
Hubungan keluarga dan kekerabatan bisa retak dan berubah menjadi hubungan sinis yang penuh gosip hanya karena buruk sangka yang mendahului fakta tanpa konfirmasi. Politik berubah menjadi arena saling memangsa karena dasar hubungan yang dibangun oleh kecurigaan. Bisnis jadi sirkuit kebengisan karena prasangka terlanjur dijangkiti keburukan.
Kedamaian semakin berjarak dengan kenyataan karena kebaikan yang mestinya dirayakan malah dijerumuskan ke palung kecurigaan.
Hidup dengan kecurigaan pada akhirnya menihilkan upaya untuk membuat bumi lebih tentram. Buruk sangka mesti dilawan, sekaligus diobati. Terapi hati karena buruk sangka adalah pekerjaan rumah penduduk bumi yang masih ingin tempat tinggalnya punya masa depan. Karena itu, buruk sangka mesti dipangkas, baik sangka mesti dipertahankan dan dirayakan.
Funco Tanipu
(Dosen Jurusan Sosiologi FIS UNG)
Dampak buruk sangka sangatlah merusak. Ia menyasar kebaikan yang tersisa. Ia menihilkan kebaikan dalam bentuk maupun potensi. Semua dirobohkan. Tanpa sisa.
Perjalanan iblis sehingga menjadi terkutuk salah satu dikarenakan oleh buruk sangka. Karena berburuk sangka kepada Allah atas tujuan penciptaan manusia, maka kutukan jadi pakaian iblis. Iblis tidak sempat menyisakan sedikitpun harapan terhadap penciptaan manusia. Iblis mengira, semua manusia (nanti) adalah perusak. Iblis tidak sadar jika di antara umat manusia ini akan lahir manusia terbaik ; Nabi Muhammad SAW dan ulama penerusnya. Sayangnya, berburuk sangka telah dipilih iblis sebagai sikap. Ia pun jatuh.
Bumi lalu menjadi kerontang karena buruk sangka. Kebaikan yang mulai menipis semakin dikikis oleh buruk sangka. Banyak terjadi perpecahan, perang, pertikaian hingga pertumpahan darah karena buruk sangka.
Hubungan keluarga dan kekerabatan bisa retak dan berubah menjadi hubungan sinis yang penuh gosip hanya karena buruk sangka yang mendahului fakta tanpa konfirmasi. Politik berubah menjadi arena saling memangsa karena dasar hubungan yang dibangun oleh kecurigaan. Bisnis jadi sirkuit kebengisan karena prasangka terlanjur dijangkiti keburukan.
Kedamaian semakin berjarak dengan kenyataan karena kebaikan yang mestinya dirayakan malah dijerumuskan ke palung kecurigaan.
Hidup dengan kecurigaan pada akhirnya menihilkan upaya untuk membuat bumi lebih tentram. Buruk sangka mesti dilawan, sekaligus diobati. Terapi hati karena buruk sangka adalah pekerjaan rumah penduduk bumi yang masih ingin tempat tinggalnya punya masa depan. Karena itu, buruk sangka mesti dipangkas, baik sangka mesti dipertahankan dan dirayakan.
Funco Tanipu
(Dosen Jurusan Sosiologi FIS UNG)
No comments:
Post a Comment